Looking from the 'Kepo' eyes

Looking from the 'Kepo' eyes
the model is not me, i'm just the photographer of the photographer :)

Senin, 03 Mei 2010

There are no wrongs in ART


Kurang lebih dua bulan belakangan ini, aku sedang senanggggg sekali (mencoba-coba) melukis dengan oil painting.

Maklum amatir, jadi tolong jangan dihina dina ya kalau ada perilaku melukisku yang aneh!

Thank God aku terlahir di tengah keluarga yang sense of art nya cukup tinggi. Papi (alm) seorang dosen dan arsitek, dia sangat menyukai hal-hal yang berbau desain apalagi desain rumah suasana tropis. Mami seorang ibu rumah tangga yang super aktif di kegiatan sosial yang menurutku punya kreativitas di bidangnya sendiri (merangkai bunga, membuat makanan aneh-aneh, menata rumah, menjahit, menggunting rambut), hal-hal yang membutuhkan ketrampilan dan ide.

Bakat-bakat ini menurun di ketiga anak di keluargaku, termasuk aku. Mengutip kalimat yang dulu pernah kuucapkan sendiri,

"Kesenangan gue selalu menciptakan sesuatu (tulisan, gambar, bentuk-bentuk aneh -red). Hal itu jadi saja udah bikin gue seneng, gak perlu dinikmatin dan dikagumin orang lain. Kalau orang lain suka dengan karya gue, wah itu dobel senangnya."

So, akhirnya jadilah aku begini, sebetulnya masih seorang pekerja, namun masih seringkali mencari celah untuk berkreasi, tidak selalu bekerja menurut aturan, pedoman, KUP, SOP, and whatever they said it is.

Baru belakangan ini aku terinspirasi untuk melukis. Berawal dari ingatan bahwa si Papi dulu pernah membeli kanvas dan cat minyak untuk dirinya ketika dia sakit dan sudah tidak bisa bekerja lagi. Aku baru ingat sepertinya benda itu tidak pernah dipakai, ditambah lagi koleksi kuas cat banyak sekali di rumahku. Akhirnya pada suatu hari dengan agak merepotkan si Mami sedikit, aku ngoprek-ngoprek harta benda di rumah untuk mencari kanvas dan cat yang entah kemana itu.

Asyikk akhirnya diantara tumpukan-tumpukan barang debuan itu, ketemulah si kanvas yang sudah dekil en dekumel. Untungnya masih dilapis plastik. Hore akhirnya aku membawa kanvas, cat minyak dan kuas ke rumahku.

Datanglah hari-hari penuh pertimbangan 'Kapan yah enaknya melukis? Melukis itu butuh inspirasi....butuh waktu yang tenang...butuh mood yang baik....butuh kesungguhan...' (terlalu banyak berpikir, padahal mencoba mengoleskan kuas diatas kanvas saja belum pernah).

Akhirnya datanglah satu hari itu, hari disaat hubby sedang tidur siang karena kurang enak badan. That was my 'Aha' moment! Okay, this is it, this is the day aku akan melukis!
Akhirnya aku menyiapkan bahan-bahannya, kuas, cat, koran, kanvas. Mmmm...agak bingung kira-kira kanvasnya didirikan dimana ya? Biasanya kan kalau pelukis profesional mereka punya canvas stand, but i don't have it. Akhirnya dengan kreativitas tinggi, aku menggunakan bangku kayu yang agak tinggi dan disenderkan di tembok sebagai dudukan kanvas.

Aliran melukis yang sudah kupikirkan dari awal sebenarnya abstrak. Aku selalu suka lukisan abstrak. It's meaningless yet it's very meaningful. Banyak sekali persepsi yang bisa dibentuk. Jadi di lukisan pertama ini pun aku berencana untuk melukis dengan abstrak.

Berangkat dari ekspresi yang ingin 'menghidupkan hidupku', aku berpikir akan mengambil warna cerah! Aku akhirnya memilih cat warna kuning seperti kuning taksi sebagai warna latar. Dengan kuas besar di tangan, aku bersiap-siap untuk membuat campuran cat di palet. Oke, cat dituang di palet, terlalu kental, mari kita campur dengan air (logika standar orang yang pengalaman pakai cat air).

*syurrr* (suara air)

*aduk aduk...

*dugggg! (suara tangan menggebuk jidat sendiri, karena baru sadar, ini kan cat minyak, minyak tidak bisa menyatu dengan air!)

Terus terang mulai agak panik, dengan cairan apa aku harus menyatukannya? Oke coba kita gunakan tanpa cairan tambahan dulu ya. Akhirnya dengan kuas, aku mencoba menggunakan cat apa adanya untuk digoreskan ke kanvas. Tapi sangat-sangat kental dan aku berpikir kalau begini caranya 1 tube juga tidak akan cukup! Harus diencerkan berarti. Aku mencoba berpikir lagi, karena ini minyak, mungkin harus dicampur dengan minyak. One of the simplest and smart thinking that i had was :

MINYAK GORENG!

Yepp...this is the kind of Minyak Goreng that i added to my oil painting!

(aduh, aku sangat sangat malu kalau mengingat ini lagi. Bayangkan kalau nanti pada akhirnya, the great woman painter who held her own exhibition, started her first painting with minyak goreng! Yah boleh dong mimpi di siang bolong...).

Begitulah, akhirnya aku mencampur minyak ****** (sampai ga berani menyebutnya) dengan cat minyak. Horee berhasil, catnya menyatu! Dan dengan lancarnya aku mengulas kanvas dengan kuas plus cat minyak ****** itu. Berhasil! satu kanvas sudah kubaluri dengan kuning yang cantik.

Setelah warna latar selesai, aku melanjutkan dengan permainan warna. Warna yang kupilih adalah hijau terang. Dengan kuas baru, aku memoleskannya ke kanvas. Aduh! kok jadi menyatu gini sih warnanya :( Hijaunya jadi jelek dan tidak 'keluar'. Aku berpikir mungkin latarnya harus dikeringkan dulu. Yah, harus menunggu beberapa hari deh, padahal keinginan melukis sedang tinggi-tingginya. Jadi, kanvas kuning (dengan sedikit coretan hijau butek) itu aku diamkan saja dulu.

Sudah bisa dipastikan, setelah hubby bangun, aku diketawain karena lukisan itu bau minyak goreng. Dan harapan 'beberapa hari akan kering' itu pudar, karena setelah 1 minggu lebih dijemur di udara terbuka lukisan itu tidak kering-kering. Baru disaat itu aku sadar, pasti gara-gara minyak goreng!

Karena itulah akhirnya aku browsing mencari campuran cairan untuk oil painting. Baru akhirnya aku tahu kalau ada beberapa cairan seperti turpentine (yang katanya bau), dan di toko buku aku juga baru tahu ternyata ada cairan yang bisa memberikan berbagai macam efek. Akhirnya aku membeli oil painting untuk campuran cat.

Setelah ada oil painting itu, akhirnya aku me-retouch kembali lukisan 'gatot' itu. Latarnya aku lapis kembali dengan cat yang warnanya sama dan dengan campuran yang tepat. Dan akhirnya....tadaaaa...jadilah lukisan pertamaku! :)

My first cupu one, the titles that my fam & friends gave was :
1. Sisik Naga Hijau
2. Dikala Barong Numbuh Bisul
3. Bubur Kacang Ijo diatas Taburan Keju
4. Sisik Naga diatas Jerami
5. Pancaran Sinar Kiwi
6. Kursi 2 in 1 (dari sebelah mana, ndah?)
7. Bulu Ketek Bulukan

Cat minyakku...

Sisa-sisa perjuangan...

Lukisan kedua lumayan sudah tahu apa yang harus dilakukan, tapi kendala kedua itu adalah, bagaimana supaya setelah mewarnai latar, jika kita tiban dengan warna lain tidak akan pudar. Karena dengan 'genre' abstrak, aku mencoba mencampur warna diatas latar ungu, tapi warnanya jadi tidak begitu strong tone nya.

Namun akhirnya dengan keterbatasan itu jadi juga lukisan kedua!

My 2nd, beberapa judul yang dikasi fam & friends are :
1. Dikala Jerawat bikin pusing (ini judul dari aku sendiri haha)
2. Centre of Vertigo
3. Dart Board
4. Tujuan Akhir (to the focus)
5. Hipnotis Penipu Pria
6. Time Tunnel
7. Mosquito Trap (obat nyamuk)
8. Cap Jempol Pake Handyplast
9. Bra Madonna
10. Circle of Life

Setelah lukisan kedua, aku memutuskan untuk bertanya kepada orang yang lebih ahli mengenai teknik-tekniknya. Karena terus terang kendala aku mengenai melukis ini adalah teknik dasar, apakah benar jenis oil yang aku pakai, apakah betul kuasnya seperti ini, bagaimana supaya cepat kering, bagaimana mencampur warna, dll.

Setelah browsing, aku memutuskan mencoba ikut free trial di Hadiprana Art Centre Rawamangun. Berbekal kanvas baru dan palet baru, akhirnya datanglah aku ke tempatnya di Rawamangun ditemani hubby (yang mendukung aku walaupun dia sering menganggap art is really not his thing! haha).

Dijeburin lah aku di kelas yang isinya semuanya anak kecil. Aku gede sendiri, hehe. Tapi cuek saja, aku pikir yang penting coba dulu dan belajar. Ditemani oleh Mas Dwi dan Pak Yulianto, aku dibimbing untuk mencontoh sebuah lukisan. Lukisan yang aku pilih yang simple saja, sebuah lukisan tumbuhan bunga. Baru kali ini aku mencoba melukis yang ada bentuknya. Bentuk-bentuk lain macam-macam, ada pemandangan, gambar cewek, tapi tidak usah muluk-muluk aku pilih yang paling simple.

Sebenarnya yang Mas Dwi dan Pak Yulianto lakukan kebanyakan cuma membimbing aku. Sisanya, aku merasa mereka tidak membatasi. Karena menurut mereka, melukis itu tidak boleh takut salah. Setiap orang punya gaya sendiri, jadi tidak ada standar teknik baku. Jadi ketika aku tanyakan apakah ini betul atau salah, mereka selalu menjawab 'terserah' atau 'bisa saja'. Pesan 'Jangan takut salah' itulah yang selalu aku ingat, karena memang betul jika melukis kita sudah terpikir kepingin membuat ini itu, hasilnya akan menjadi lebih terkungkung dan tidak bebas.

Melukis tumbuh-tumbuhan bunga itu, aku diajari menarik garis dengan lebih luwes. 'Menabrak' aturan warna dasar dan tidak masalah kalau warna itu tercampur dengan tidak sengaja. Semua peralatan bisa digunakan untuk membuat lukisan. Pak Yulianto mengajari aku bagaimana kuas tidak perlu dipakai. Menggunakan tubenya langsung bisa menghasilkan bentuk yang lebih berani. Menggunakan kayu ujung kuas bisa membuat aksen yang lebih tegas. Tidak ada batasan kreativitas yang bisa dibuat.

Terlalu banyak hidup di dalam aturan, terus terang dalam 3 tahun belakangan ini, aku sudah agak terbiasa dengan ritme pola kerja kekaryawanan. Jam kerja, template report, SOP, KUP, peraturan, yang membentuk tingkah laku aku menjadi lebih terkotak-kotak. Sudah sangat lama aku lupa bagaimana melakukan sesuatu di luar kotak, di luar kebiasaan, tanpa batasan, tanpa takut salah, melakukan kesalahan yang ternyata bisa menjadi benar.

"Melukis itu pada awalnya hanya eksperimen, eksperimen untuk menemukan gaya kita sendiri. Jika sudah terbiasa, kita akan tahu apa gaya kita dan teruslah melakukan gaya itu."

Ucapan Pak Yulianto menyadarkan aku. Betul, memang kebebasan dan eksperimen itulah yang aku cari dan mengapa hal itulah yang menjadi dasar aku mulai melukis saat ini. Keseluruhan hidup yang aku jalani inilah yang merupakan 'lukisan' besarku. Tempat aku bereksperimen untuk menemukan jati diri. Kesalahan 'minyak goreng', kekhawatiran 'pemilihan kuas', kekecewaan 'lukisan yang lama kering', keengganan 'memulai lukisan baru' yang membuat kita hidup dalam keterbatasan. Padahal, tidak ada kesalahan yang diakui dalam 'lukisan' kita.

Mengutip kalimat seorang teman 'Karya seni tidak boleh dihakimi.', therefore...

....Aku ingin melukis dengan tegas....

-Paint it BOLD, my friend-

Btw, hasil lukisan 'bebas' yang diarahkan oleh Mas Dwi dan Pak Yulianto, akhirnya membuatku menelurkan karya yang lebih indah dan memiliki makna.

Walaupun masih pemula, kelihatan kan kalau ini gambar tumbuh-tumbuhan bunga? :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar