Looking from the 'Kepo' eyes

Looking from the 'Kepo' eyes
the model is not me, i'm just the photographer of the photographer :)

Rabu, 23 Juni 2010

What's with this Branded thing?

Minggu lalu, aku pergi ke sebuah bazaar di sebuah pusat keramaian di tengah Ibukota. Judulnya mentereng ‘Sale Up to 80% *** Product (tanda bintang mewakili nama perusahaan holding untuk retail bisnis’). Wow, bagaimana wanita-wanita tidak menggila, termasuk aku J


SALE, kata ajaib yang bisa menghipnotis!


Padahal pusat keramaian itu juga tidak bisa terbilang maha besar dan terkenal, masih tidak terlalu banyak orang yang awam dengan pusat keramaian tersebut.

Jadi di salah satu siang, akhirnya aku memutuskan pergi kesana dengan temanku. Kami tiba disana pukul 12 kurang 10. Tempatnya sih agak mojok dan terpencil, tadinya sempat bingung karena tidak ada petunjuk di sebelah mana, tapi kami mengikuti petunjuk cewek-cewek yang berlalu lalang membawa plastik, akhirnya tibalah kami di sebuah pojok yang agak maksa ditempelin spanduk, tempat ala kadarnya untuk sebuah bazaar.

Okeh, lumayan sepi nie, mataku langsung tertuju ke sebuah meja yang diberikan tulisan ‘Sale all item Rp. 159.900’…. ehem….ada sepatu boot disana, wowww sepatu boot merk Z*** hanya 150.000, aku jadi agak kalap kecil… (malu). Setelah mengubrak-abrik boot itu, aku menuju ke rak pakaian bermacam-macam…okhhhhhh aku agak kalap kembali, memilih-milih baju/gaun/jaket…. (malu kuadrat).

Ketika aku sedang memilih-milih baju, aku agak bingung dengan suara teriakan-teriakan yang agak sedikit heboh, teriakan ahhh ohhh…ehhhmmm…. Eh bukan, maksudnya teriakan ‘Itu Mas mau donk yang item…’, ‘Iya ambilin donk itu….!’, ‘Ayo donk Mas keluarin…’ (kok yang terakhir kedengarannya aneh ya?), terdengar di bagian belakang yang tidak terlihat dari bagian depan. Langsung aku menuju kesana untuk melihat ada keributan apa sih…

Ternyata segerombolan wanita sedang berkumpul di depan sebuah rak, tempat di mana si Mas-Mas itu sedang membongkar stok baju obral dari kardus dan menggantungnya di rak tersebut. Jadi cewek-cewek itu berebutan untuk mengambil obralan terbaru yang baru dikeluarkan Masnya (pastinya obralan di counter depan sudah dilahap semua). Wowww…lucu juga aku melihatnya, tidak jauh beda dengan antrian dan kerusuhan sembako murah yang harganya paling mahal Rp. 5000 atau bahkan yang gratis! Kali ini cewek-cewek itu berjubel-jubel dan berteriak-teriak untuk mendapatkan fashionable item bermerk terkenal dengan inisial Z, MD dan PB dengan harga antara 99.900 s.d 299.900!

What a great reflection of the Branded Fashionable needs is categorize as a primary need if we analogize it with the Sembako thing. What’s with this Branded thing actually?


Antrian salah satu branded sale...

Antrian Sembako Gratis...

Lucunya, di pusat perbelanjaan umum yang menjual item obral seharga 50.000, 15.000, setau aku tidak pernah heboh sampai seperti ini. Dan lucunya lagi, ketika aku sedang berjalan-jalan ke Eropa, people are craving for this one branded dengan inisial LV (eh, ketauan yah… *bodoh*), yang sudah pasti harganya berjuta-juta.

So this is not about the price. It’s about the glamorous of the branded thing.

Wahai kawan-kawan wanitaku, aku mau bertanya kepadamu…

Jika Inem adalah seorang pembantu rumah tangga kelahiran Sumedang, kulitnya hitam jreng, giginya agak maju dan kuning. Bentuk tubuh kurus kerempeng, sehari-hari kalau di rumah majikan, Inem pakai sarung, dandanan terkerennya adalah ketika ia pakai rok model midi agak gombrong dengan motif bunga-bunga gede yang agak lusuh, ditambah kaos oblong gaya Oneng. Suatu hari majikannya yang trendy dan fashionable sedang membenahi barang-barangnya, dia menemukan tas bekasnya bermerk terkenal inisial G dengan harga Rp. 3.000.000. Ia sudah bosan dengan tas itu walaupun bentuknya masih bagus. Karena si nyonyah sudah kebanyakan duit dan supaya ada alasan dibelikan tas baru oleh suaminya yang konglomerat itu, ia memberikan tasnya kepada si Inem. Suatu hari, Inem pergi ke Pasar Senen dengan dandanan terkerennya plus tas mahalnya itu.

Jika Bu Broto adalah seorang Presiden Direktur sebuah satu perusahaan Advertising terbesar di Indonesia. Pendapatannya per bulan diperkirakan mendekati Rp. 100.000.000. Setiap hari ia pergi ke kantor menggunakan mobil BMW atau Alphard dengan supir. Jika ia melewati karyawan, tercium aroma parfum yang semerbak, pakaiannya juga sangat trendy, ia rajin melakukan perawatan kecantikan minimal 1 bulan sekali. Pada suatu hari, Bu Broto diajak saudaranya berbelanja ke pasar, begitu takjubnya ia ketika ia berhasil mendapatkan tas tiruan murahan merk inisial G hanya dengan harga Rp. 150.000! Walhasil langsunglah dia memborong tas-tas itu. Setiap harinya setelah itu dia menggunakan tas-tas barunya ke kantor.

Pertanyaannya, tas manakah yang anda percayai adalah tas branded original yang dibawa kedua wanita tersebut?

You are the one who make the brand of yourself, girl J

PS : okayyy okayyy I admit it! Aku juga belanja di bazaar ituuuu!

Kamis, 17 Juni 2010

The Journey to find the best BED!






Kemarin aku menemani temanku, Diana, ke pameran furniture, untuk membeli kasur. She will get married, so considering kasur is the most important ingredients for a marriage couple, I accompanied her to buy it, mungkin dengan harapan kalau aku lebih berpengalaman dalam hal perkasuran dan turunannya seperti permembalan, pertidur-tiduran, perleyeh-leyehan, dan pergumulan.

Akhirnya pergilah kita ke pameran furniture di JHCC, setelah sebelumnya kita ‘mengisi bensin’ dulu dengan makan somay dan tempe mendoan di depan hall JHCC. (Btw, somaynya enak loh…). Akhirnya menelusurlah kita ke dalam hall JHCC yang ternyata jauh lebih sepi dari perkiraan kita. Aku baru sekali itu pergi ke pameran furniture, sesuai bayangan isinya memang sebagian besar kursi, meja, tempat tidur, kasur, rangkaian bunga dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan interior furniture.

Okeh, dengan semangat 45, kita mendatangi counter pertama, dengan bersemangatnya aku langsung berteriak ke Diana,

“Eh itu....itu…ada tuh!”, sambil menunjuk ke sebuah counter kasur.

Dengan agak-agak jaim kita menusuk-nusuk kasur dengan tangan, mencoba kemembalannya. Maklum masih amatir, karena biasanya untuk urusan kasur aku terima jadi saja, tidak pernah beli kesana kemari.

Mbak SPG nya pun mencoba mendekati dan menjelaskan, akhirnya kita meminta price list untuk bermacam-macam tipe kasur. Setelah puas mencoba-coba di counter 1, beralihlah kita ke counter 2. Counter 2 terlihat lebih menggoda, counter merk kasur terkenal berinisial KK ini ternyata lebih seducing, dia menawarkan kita tidur diatas kasurnya. Bahkan ketika aku tidur dengan jaim –kaki masih di lantai- dia menyuruh aku untuk mengangkat kaki dan tidur satu badan diatas kasur. Namun karena aku wanita sopan yang bertanggung jawab (lantaran males buka sepatu), aku menolaknya. Malah Diana yang keliatan puas banget tidur sana tidur sini, dan pastinya sudah terbayang di kepalanya muka dan bodi kakanda Robby tercinta bobok di sampingnya.

Sip, counter 2 dilewati, kami agak-agak semriwing karena harganya agak mahal ya. Namun kami jadi tahu beberapa istilah seperti latex, spring, medium, soft di counter ini. Terima kasih Mbak…

Counter ke 3, the best counter so far, karena Mbak SPG nya baik hati dan low profile. Kembali lagi kita mencoba tidur-tiduran dan meniduri (kasur) plus bantal latexnya yang enakkkk banget (sempet tergoda untuk beli karena harganya Rp. 550.000 untuk 2 bantal). Kembali lagi kita meminta price list dengan Mbak SPG, dan kembali lagi kita mendapatkan istilah baru, ada full latex, orthopedic bed, blablabla…

There we go dari satu counter ke counter berikutnya, with the same pattern and position. Mulai counter ke 4 dan seterusnya terus terang aku sudah mulai agak pusing dan pushing (ingat kasur *dan hubby* di rumah). Tapi tetaplah aku berjalan dan mencari the best kasur untuk Diana.
Oh my, setelah melewati counter demi counter, aku mulai bingung, kenapa banyak sekali istilah! Double pocket, individual per, individual pocket, spring and latex, double per di pinggir, we offer you the best per system, waterproof, dengan segala embel-embel keunggulan,

“Kami satu satunya yang menggunakan sistem per seperti ini, Mbak. Dijamin kalau pakai per seperti ini, ini tidak akan turun/bergelombang di satu sisi tertentu, karena rangkaiannya jadi satu. Kalau mau diganti selama masa garansi kita akan ganti satu rangkaian.”, ujar si Mbak di counter LA sambil menunjukkan rangkaian per yang kelihatan agak mirip anyaman kawat kandang ayam.

Kira-kira per yang dikasih liat seperti ini nih rangkaiannya...


“Ini individual pocket Mbak, dijamin kalau Mbak tidur disini, kalau ada goncangan/tekanan disamping, Mbak tidak akan kebawa turun juga per-nya. Karena per yang bergerak hanya di bagian yang tertekan. Ini saya tes ya, saya naikin.”, oh mennnn, what r u doin? Kok dia merangkak-rangkak di samping Diana? Fuhh untungnya cewek.


Ini katanya yang namanya individual pocket!


“Ini kasur orthopedic Mbak, memang cenderung lebih keras, untuk orang-orang yang sakit punggung direkomendasikan untuk menggunakan kasur seperti ini.”, katanya sambil aku menduduki kasur yang agak mirip dengan duduk diatas karpet lantai (keras bok!)


“Ini waterproof Mbak, jadi kalau ketumpahan air, contohnya kena ompol anak, tidak akan merembes ke dalam.”, kata si Mbak sambil mendemokan menuang air ke atas matrass protector sambil aku membayangkan another liquid materials yang kemungkinan akan sering tumpah diatas ranjang (oh please take me home!)

“Kalau ini fabricnya bisa mengusir nyamuk Mbak, jadi tidak diganggu nyamuk kalau tidur.”, whattt??

Dan begituuuu banyak ini itu lainnya.

Aku jadi berfikir, begitu banyak variasi kasur dengan segala bentuk kenyamanan, model yang ditawarkan. Sedangkan aku sendiri selama tidur tidak pernah begitu memperhatikan model kasur aku seperti apa, atau apakah aku mengendus-ngendus, menikmati kasurku sampai sebegitunya sehingga membuat tidurku lebih indah dan nyaman. Biasanya jika aku mengantuk, tidur dimanapun akan tetap merem.

Tubuh manusia dengan segala kompleksitas jalinan otot, pembuluh darah, saraf dan belum lagi organ-organ tubuhnya, dibuat sebegitu canggihnya oleh Sang Pencipta, dan tidak ada rangkaian per atau bahan lateks/spring sekalipun di dunia yang bisa menyainginya. Apakah ketika Tuhan menciptakan tubuh kita, Ia juga bersabda, “Tidurlah diatas kasur spring bed latex, dengan per double pocket yang waterproof , kasur itu sesuai dengan bentuk tubuhmu yang aku ciptakan.”. Variasi-variasi design dan teknologi mutakhir yang diciptakan manusia seyogyanya terlihat seperti mencoba menjadi ‘pesaing’ dari grand design tubuh kita yang sebegitu terintegrasinya.
Bayangkan hal ini, ketika otak kita kekurangan oksigen, kita akan menguap sebagai bentuk aktivitas me-restore kembali oksigen ke dalam otak. Ketika kulit kita terluka, sel darah putih akan ‘menjahit’ luka kita sehingga timbul pengeringan yang bahkan obat antiseptik pun tidak mampu menyaingi khasiatnya. Ketika kita kepanasan, kita akan mengeluarkan keringat yang berguna untuk menstabilkan suhu tubuh kita.

Ketika kita tidur diatas lantai sekalipun, pasti tubuh kita dengan sistem terintegrasinya bisa menyesuaikan, dan setahu saya tidak pernah ada dalam sejarah manusia meninggal karena tidak cocok tidur di sebuah kasur.

What a great innovation a man made, but only God made the best.

Pada akhirnya, saran yang hanya saya bisa berikan kepada Diana,
“Ketika loe ‘udah seru’ juga lu akan lupa itu kasur lo per-nya either double pocket, spring or whatever…”

Enjoy the bed, Ep!

si Diana lagi asik ngetes tempat tidur...