Looking from the 'Kepo' eyes

Looking from the 'Kepo' eyes
the model is not me, i'm just the photographer of the photographer :)

Jumat, 23 April 2010

Are we trying to teach our children English or what?


ini cara bermain Domikado

Karena kadang-kadang saking kepingin jadi trendsetter seperti Mbak Debby Sahertian, aku suka asal membuat bahasa gaul sendiri. Kalau ketahuan Mbak Debby bisa-bisa aku diketawain kali ya? Atau malah diajakin partner karena terlalu kreatif? *ngarepberat.com.

Salah satu bahasa asal yang suka aku jeplak itu turunan dari kata Gym. Maklum sekarang sedang giat-giatnya ikut Gym lagi nih, berhubung karena faktor U rasanya badan itu gampang kaku-kaku!

Nah dari kata Gym ini, kadang kalau sedang mengajak teman Gym, aku suka bilang,

'Eh, jimi-jimi takabet yuk nanti sore...'
(baca : Eh, Gym yuk nanti sore...)

Lupa awalnya bagaimana tapi yang pasti kata-kata aneh itu melintas di kepalaku saja tiba-tiba. Baru saja kemarin aku sadar sumbernya dari mana.

Itu kan mainan aku waktu aku SD! (kurang lebih 20 tahun lalu oi!).
Judul permainannya 'Domikado', ada yang masih ingatkah?

Jadi cara bermainnya adalah, supaya seru permainan ini diikuti minimal 3 orang, itupun sebenarnya cuma jadi 1 putaran!

Nah semua peserta duduk/berdiri melingkar lalu masing-masing telapak tangan dibuka di samping dimana telapak tangan kiri ditaruh dibawah telapak tangan kanan temannya yang di sebelah kirinya. Telapak tangan kanan ditaruh diatas telapak tangan kiri temannya yang disebelah kanannya. Nah, sambil bait lagu dinyanyikan, telapak tangan kanan menepuk telapak tangan kanan teman sebelah kirinya. Begini ya bait lagunya, tolong diperhatikan baik-baik. Ini sepanjang pengetahuan dan pendengaran aku waktu SD, tapi aku ga dikategorikan budeg loh!

'Domikado mikado eska....eskado...eskado bea beo...cis cis... One, two, three, four, five, si, seven, eight, nine, ten!'

Nah pas di kata 'ten', yang giliran memukul harus berlomba memukul tangan kanan sebelahnya secepat mungkin, sambil sebelahnya berlomba secepat mungkin menghindar. Yang tidak berhasil memukul/menghindar adalah si looser dan dia keluar dari permainan.

Begitu terus sampai akhirnya anggota permainan tinggal dua orang. Lalu setelah sudah dua orang barulah dua orang ini diadu sambil gaya menepuk tangan satu sama lain dengan nyanyian berikut,

'Dam dam jeli dam dam oek oek... Sim sim jeli sim sim oek oek... Jimi jimi takabet takabet is dead...!'


Ketika ngomong 'dead' itu berarti tandanya mereka harus suit untuk menentukan pemenang!

Ternyata dari situ istilah gaul Gym aku berasal yah?

Akhirnya aku baru saja sadar di umur yang sudah 27 tahun ini, dulu hampir setiap hari (seminggu sekali deh...kesannya dulu waktu masih SD main terus ya? :p) aku menyanyikan permainan itu tanpa tahu artinya sampai dengan hari ini! Kira-kira bahasa apa ya? Minimal sih lumayan keren, kita diajarkan menghitung dari one sampai ten. Oh iya dan sama satu lagi 'is dead'. Hahaha...

Sebenarnya ada lagi 1 permainan, tapi kayaknya yang satu ini dulu agak jarang dimainkan oleh teman-teman aku deh. Tapi aku dulu suka sekali memainkannya dengan temanku, namanya Vira. Ini permainannya untuk berdua sambil tangannya ditepuk-tepuk. Lagunya begini (saya menulis apa adanya juga sesuai yang saya lafalkan dulu) :

'Aladebleksim...a'am debeleksim... Situ my Bonny... my Bonny my... my...my...'

Tapi ada verse-2 nya yang ternyata sungguh sangat meaningful dibanding verse-1! Begini liriknya :

'Pangeran Charles... dan Putri Diana... naik kereta... bunyinya tut...tut...tut...'

Saya jadi berpikir, begitu banyak challenge kita nanti sebagai orang tua. Di satu sisi sebetulnya tidak masalah ketika kita mengajarkan sebuah permainan yang 'meaningless' bagi anak-anak seperti ini. Minimal mereka akan diajarkan bernyanyi atau mengenal melodi dan bersosialisasi lewat permainan dengan teman-temannya.

Namun jika dilihat dari contoh 'hidup' yang terjadi seperti saya, sepertinya ini bisa menjadi 'pembodohan' sederhana. Mengapa? Bayangkan, saya membutuhkan waktu 20 tahun kemudian untuk menjadi kritis dan bertanya 'Apa makna bahasa lagu itu?'. Sebetulnya ada dua kemungkinan lain sih, apakah memang saya yang 'telat mikir' alias telmi :p atau betul saya rada 'budeg' dulu jadi mendengar lirik lagunya seperti itu.

Terlepas dari itu, yang saya rasakan sungguh memang ketika masih kecil dulu banyak sekali hal yang masuk ke kepala saya dan menyerap seperti spons. Contohnya adalah lirik lagu ini, walaupun tidak bermakna tapi tetap melekat di kepala saya. Kita sekarang pasti akan lebih sulit menghafalkan kata-kata yang tidak bermakna dibandingkan yang bermakna.

Jadi, bagaimanapun terimakasih untuk pencipta permainan domikado dan semacamnya karena telah mengajarkan saya dan teman-teman untuk membina persahabatan lewat permainan sederhana itu. Mari untuk selanjutnya kita bisa lebih mendidik anak-anak kita dengan lebih bermakna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar